Semoga bermanfaat dan Selamat membaca.!!!
Protoreaster linckii
Echinodermata
berasal dari bahasa Yunani “echino” (duri) dan ”derma” (kulit), berarti hewan
yang kulitnya berduri (Jasin, 1984). Echinodermata merupakan kelompok hewan
triopoblastik selomata yang memilki ciri khas adanya rangka dalam
(endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Echinodermata merupakan biota laut
dan termasuk hewan bentik. Meskipun begitu, fase larvanya dilewati sebagai
biota planktonik. Echinodermata memiliki kelimpahan tertinggi pada daerah
karang. Persebarannya sangat luas, mencakup kedalaman dangkal dan dalam, mulai
dari daerah kutub hinggan khatulistiwa. Menurut (Romimohtarto, 2001) Dulunya
filum ini selalu dijadikan satu dengan Coelenterata dalam klasifikasi hewan,
karena bentuknya yang yang simetris meruji. Kesamaanya hanya pada simetri ini
saja yang membedakan dua kelompok hewan yang lain. Pada Echinodermata bentuk
simetris merujinya hanya pada saat dewasa. Pada larva, bentuknya simetri
bilateral. Beda antara keduanya adalah bahwa Echinodermata mempunyai sistem
pencernaan lengkap dengan mulut, usus, anus, tidak seperti halnya Coelenterata.
Filum Echinodermata ini mencakup jenis-jenis Lili laut, Bintang laut, teripang
dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini memiliki sekitar sekitar 7.000
spesies yang masih ada dan 13.000 yang telah punah. Dan berikut sifat umum
filum ini menurut (Romimohtarto, 2001) ialah :
1.
Biasanya berbulu-getar dan berisi
sel-sel kelenjardan sel-sel indera.
2.
Osikula (ossicle), yakni kerangka yang
berupa lempeng-lempeng kapur dalam dinding tubuh dapat berjumlah beberapa,
kecil dan tersebar luas dan dapat berukuran besar, jumlahnya besar, kurang
lebih tergabung erat menjadi kerangka yang nyata.
3.
Rongga tubuh majemuk, terdiri dari
sejumlah ruang, termasuk satu ruang periviseral, satu sistem perihemal, satu
sistem sinus aboral, satu sistem pembuluh air, satu vesikula madreporik dan
satu sinus sumbu.
4.
Saluran pencernaan bersifat sumbu atau
tergulung dan ada yang memiliki divertikula.
5.
Tidak memiliki sistem peredaran darah
yang pasti.
6.
Echinodermata merupakan hewan dioseus
yang bereproduksi secara seksual terpisah dengan beberapa pengecualian, alat
perkembangbiakan sederhana. Telur dan spermatozoa ditebar langsung keluar tanpa
bantuan kelenjar-kelenjar tambahan.
7.
Sistem syaraf primitif yang terdiri
batang cincin yang bercabang-cabang ke arah radial dan alat pengindera tidak
berkembang dengan baik.
Beberapa jenis echinodermata hidup di
atas substrat dan ada juga yang mengubur diri di bawah substrat. Beberapa
karakteristik filum Echinodermata yang dicirikan dengan sifat radial simetri,
memiliki cangkang dalam dan water vascular system. Pada beberapa jenis
echinodermata reproduksi juga dapat terjadi secara aseksual, yaitu melalui
pembelahan diri.
Filum echinodermata ini
terdiri dari lima kelas, yaitu :
Kelas
Crinoidea
Kelas
Holothuroidea
Kelas
Asteroidea
Kelas
Ophiuroidea
Kelas Echinoidea.
Lalu pada paper kali
ini yang akan kita bahas kali ini ialah Protoreaster linckii, spesies dari kelas Asteroidea. Kelas Asteroidea
memiliki sekitar 1.600 spesies. Asteroidea atau yang biasa dikenal dengan nama
Bintang Laut, mereka biasanya dapat dijumpai merayap pada batu di pantai laut
dengan mulutnya di sisi bawah tubuh. Permukaan atau sisi atasnya karenanya
disebut aboral atau abaktial (abactial).
Jumlah lengan tergantung pada jenisnya, ada yang berjumlah 4 atau 5 bahkan
hingga 40 buah. Mulut yang berada di sisi bawah terletak di tengah-tengah
cakram dan anus di atas. Di dekat anus terdapat pintu saring ke sistem pembuluh
air yang dinamakan madeporit (madreporite).
Di bagian bawah (sisi oral), terdapat celah dalam dan memanjang mulai dari
daerah mulut ke ujung masing-masing lengan dalam dua atau empat baris yang
dinamakan alur ambulakral (ambulacral
groove), pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga
merupakan alat penghisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar atau
substrat. Asteroidea bergerak dengan lambat untuk memangsa gastropoda,
bivalvia, barnacle dan polycaheta. Asteroidea memakan mangsanya dengan cara
memecah cangkang mereka, kemudian menghisap isi jaringan mangsanya. Asteroidea
juga menggunakan pedicelalriae untuk menangkap mangsanya yang berukuran lebih
besar. Beberapa jenis asteroidea juga merupakan suspension feeder, memangsa
dengan plankton dan detritus yang menempel pada permukaan tubuh dan dimakan
dengan menggunakan silia.
Asteroid pada umumnya
merupakan organism gonokoris dengan 2 buah gonad dalam setiap tangan yang
dimiliki. Bereproduksi secara seksual dan aseksual. Secara seksual, fertilisasi
terjadi di luar tubuh. Musim pemijahan terjadi secara annually dengan penaikan
suhu sebagai pemicu pemijahan. Sedangkan secara aseksual dengan melakukan
regenerasi tangan (autotomy).
Klasifikasi Ilmiah
Protoreaster linckii atau Bintang laut Knoobbed-Merah adalah spesies
bintang laut yang terkenal. Berikut
Klasifikasi ilmiah dari Bintang laut Knoobbed-Merah.
Species :
P. linckii
Nama Binomial
Protoreaster linckii (Brown,
1910 )
Protoreaster linckii atau Bintang laut Knoobbed-Merah adalah spesies
bintang laut yang terkenal. Mereka memiliki tubuh yang tebal berwarna dasar
abu-abu, salah satu aspek fisik yang benar-benar menakjubkan adalah pada sisi
dorsal. Biasanya memiliki lima lengan, beberapa memiliki kurang dan beberapa
memiliki lebih banyak. Para Bintang laut Knoobbed-Merah memiliki beberapa
tombol atau bintil merah di seluruh tubuh. Tombol-tombol merah ini terhubung
satu sama lain dengan bahan merah permukaan seperti kabel, garis lurus kurus
yang membuat bintang laut seperti grid. Pada bagian belakang dari Starfish Protoreaster linckii menunjukkan ratusan kaki tabung. Saat
remaja, bintik-bintik pada bintang laut
ini berwarna warna hijau. Ketika
mereka dewasa, mereka
mengembangkan tombol-tombol khas
berwarna merah runcing. Protoreaster linckii dapat mencapai
panjang maksimum sekitar 12
inci.
Protoreaster linckii ini menghuni
laut yang relatif dangkal,
biasanya sebarannya pada perairan pesisir
Samudra Hindia, para Bintang laut Knobbed-Merah juga
dapat ditemukan dalam beberapa perairan tropis lainnya,
pada kedalaman mulai dari beberapa
meter hingga lebih
dari seratus meter. Mereka adalah
merupakan organisme bentik atau
organisme yang tinggal di dasar laut. Bintang
laut jenis ini dapat melakukan kerusakan besar untuk terumbu karang,
tapi echinoderm yang sedikit berbahaya ini cukup penting untuk rantai makanan
laut. Meskipun
bintang laut
merupakan sumber
makanan bagi
banyak hewan laut,
bintang laut dengan mudah
bisa melukai
bagian dari
ekosistem laut
dengan makan
komponen kunci,
seperti terumbu
karang, mereka
akan memakannya.
Bintang
laut ini merupakan omnivora, makanannya berupa campuran materi hewani dan nabati. Secara khusus ia makan sejenis
alga, terutama ketika muda,
karena untuk memangsa hewan yang lebih kecil cukup sulit untuk menangkapnya karena gerakan
dari bintang laut ini yang lambat. Namun setelah besar
Protoreaster linckii cenderung
menjadi karnivora, makan makanan yang
bervariasi dari spons, karang, moluska dan
bahkan kerang yang bergerak
lambat.
Semua bintang laut menjadi aktif
secara seksual pada usia 12 - 14 bulan. Seperti ikan, bintang laut mulai kawin
selama bulan Mei dan Juni. Starfish mereproduksi secara seksual, tetapi tidak
bersama-sama bertemunya kelamin. Pembuahan telur adalah secara eksternal. Yaitu
dengan cara betina melepaskan jutaan telur dengan diameter satu-dua cm ke laut
sementara pria melepas spermanya ke dalam laut juga. Telur dan sperma bertemu,
pembuahan lengkap dan blastula terbentuk. Setelah waktu singkat, bentuk
blastula yang silia untuk berenang di laut. Tanpa kepala atau otak, blastula
dapat menavigasi melalui laut dan mulai membiasakan diri untuk sekitarnya.
Blastula tumbuh besar menjadi larva. Larva sekarang memiliki perut sendiri,
dengan silia sebagai blastula, di perut bisa menghirup makanan. Setelah
beberapa bulan, larva tumbuh menjadi kecil bintang laut. Meskipun
bintang laut ini memiliki jenis kelamin, jantan dan
betina hewan ini sulit dibedakan bila
dilihat dengan mata telanjang.
Ini adalah salah satu alasan sangat
sulitnya untuk Bintang laut Knoobbed-Merah untuk
berkembang biak di penangkaran.
Sumber :
Drs. Jasin, Maskoeri.
1984. Sistematik Hewan. Sinar Wijaya.
Surabaya.
Nontji, Anugerah. 1993.
Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Romimohtarto, K. dan Sri Juwana, 1999, Biologi Laut. P3O – LIPI. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar